Saturday, October 3, 2015

Pengembangan bahan ajar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
A.           Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Pannen adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Abdul Majid bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/ instructor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis namupun bahan tidak tertulis. bahan ajar adalah bentuk bahan yang digunakan utnuk membantu guru/ instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mamapu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari berbagai disiplin ilmu baik yang berumpun ilmu-imu sosial (social science) maupun ilmu-ilmu alam (natural science). Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cakupan dan keluasan serta kedalaman materi atau isi dalam setiap bidang studi.

B.            Karakteristik Bahan Ajar
Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik.
Berikut ini lima karakteristik bahan ajar yang dikelompokkan oleh Widodo serta Jasmadi di (dalam Lestari, 2013:2)
a         Self instructional.
Maksud dari self instructional ini tidak lain adalah seperangkat bahan ajar yang berbentuk cetak maupun online harus dapat bermanfaat dan digunakan oleh siswa secara individual. Setiap siswa tentunya memiliki kebutuhan akan buku pelajaran sebagai penunjang atau media yang dapat memudahkan pelaksanaan pembelajaran itu berlangsung. Memiliki bahan ajar mandiri dapat meningkatkan kesadaran seseorang untuk mau mencoba menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa melihat hasil kerja orang lain. Bahan ajar akan memudahkan siswa yang seringkali mengalami kesulitan ketika hendak menyelesaikan tugas, bahan ajar juga dapat membantu siswa menghadapi ujian.
b        Self contained.
Merupakan suatu bentuk informasi cetak dan tertulis yang sengaja disajikan untuk dipelajari oleh siswa yang berisikan semua materi atau teori pelajaran, dan dikelompokkan dalam satu halaman atau satu unit kompetensi dan juga disertai dengan sub kompetensi. Siswa dapat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari setelah itu siswa dapat mencoba untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan di setiap babnya dengan tujuan untuk mempertajam pengetahuan serta penguasaan ilmu yang telah dipelajarinya dari bahaj ajar tersebut.
  1. Stand alone
Dikatakan bahan ajar jikalau dia bisa bertahan sendiri, yakni tidak membutuhkan bantuan dari bahan ajar lainnya. Bahan ajar yang baik sudah mencakup segala materi pelajaran sehingga tidak membutuhkan bahan ajar lain untuk melengkapinya.
  1. Adaptive.
Bahan ajar yang baik tidak hanya bisa bertahan sendiri, namun juga bisa mengikuti perkembangan teknologi. Anda dapat mencari bahan ajar yang baik, bukan hanya berisi akan sumber ilmu saja, melainkan juga diciptakan dengan cara yang lebih tinggi kualitasnya.
  1. User friendly.
Bahan ajar yang sempurana seharusnya dapat memudahkan penggunanya ketika hendak memakainya.

C.           Kriteria Penyusunan Bahan Ajar
Dalam sebuah bahan ajar paling tidak harus mempunyai criteria sebagai berikut:
a.       Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
b.      Kompetensi yang akan dicapai
c.       Informasi pendukung
d.      Latihan-latihan
e.       Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
f.       Evaluasi
Bahan pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai berikut:
a.       Secara substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1)      Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi sekolah.
2)      Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi, metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.
3)      Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan).
4)      Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana siswa itu berada.
b.      Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1)      Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2)      Penyajian format dan fisik bahan pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan. Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas, penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.

D.           Prosedur Penyusunan Dan Pengembangan Bahan Ajar
Bahan atau materi yang sering digunakan dalam proses pembelajaran kadang-kadang tidak melewati proses sistematis dalam pengembangannya. Sering langkah-langkah ilmiah tidak diperhatikan apalagi jika terdesak dengan batas waktu penyusunan.
Ranjit (2012:2) menyarankan sepuluh tahapan dalam mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu :
a.       Identifikasi kebutuhan dan masalah
b.      Analisis masalah: terutama terkait dengan pola resistensi
c.       Analisas masalah: identifikasi faktor kebutuhan dan motivasi, dan taktik persuasi
d.      Merumuskan dan menetapkan tujuan
e.       Menyeleksi topik
f.       Menyeleksi bentuk (format)
g.      Penyusunan konten: visual script
h.      Editing
i.        Testing (pengujian)
j.        Revisi

Langkah-langkah seperti dijabarkan di atas memang sangat ideal dalam mengembangkan bahan pembelajaran. Namun, jika bahan pembelajaran dikembangkan dalam pengertian menyeleksi, memodifikasi, atau mendesain bahan pembelajaran, langkah-langkah yang dilakukan tidak sebanyak langkah di atas.
Rothwell dan Kazanas (2004:247) menyarankan untuk mengikuti enam langkah sebagai berikut:
a         Mempersiapkan garis-garis besar bahan pembelajaran
b        Melakukan penelitian
c         Menguji bahan pembelajaran yang tersedia
d        Menyusun atau memodifikasi bahan yang tersedia
e         Menyediakan dan membuat bahan pembelajaran
f         Menyeleksi atau menyediakan aktivitas pembelajaran.

Semua langkah yang ditawarkan di atas, pada dasarnya dapat diikuti, dimodifikasi, atau diadaptasi tergantung dari kebutuhan di mana dan untuk kalangan yang mana bahan pembelajaran tersebut dikembangkan.
Oleh karena itu, langkah-langkah tersebut dimodifikasi ke dalam tiga langkah sebagai berikut:
a         Memilih tema atau topik yang sesuai.
Memilih topik harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ketersediaan bahan, kemudahan daya jangkauan dan penggunaannya. Asal daerah juga dapat mempengaruhi tema atau topik yang akan ditentukan. Memilih topik harus mempertimbangkan aspek kemenarikan , kesesuaian topik dengan konten bahan pembelajaran termasuk sub-topik yang hendak dikaji dan dikembangkan. Selain itu, topik juga harus singkat, padat, dan menggambarkan isi bahan pembelajaran.

b        Menetapkan kriteria
Kriteria yang dimaksud di sini merujuk pada standar bahan pembelajaran yang hendak dikembangkan. Adapun kriteria bahan pembelajaran yang baik yaitu:
1)      Konten informasi yang dikembangkan dalam bahan pembelajaran dihubungkan dengan pengalaman peserta didik (diawali dengan analisis kebutuhan).
2)      Peserta didik menyadari tentang pentingnya informasi yang disajikan dalam bahan pembelajaran.
3)      Informasi yang dituangkan dalam bahan pembelajaran tersedia dan mudah diperoleh paling tidak dalam bahan yang dikembangkan.
4)      Bahan pembelajaran terorganisasi dengan baik sehingga memudahkan bagi peserta didik untuk mempelajarinya.
5)      Gaya penulisan sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik.
6)      Penggunaan kosakata dan bahasa sesuai dengan umur dan tingkat sekolah dan diterima dikalangan umum.
7)      Kata-kata sulit dan istilah-istilah teknik dijabarkan dan dijelaskan dalam bahan pembelajaran yang dikembangkan.


c         Menulis atau menyusun bahan pembelajaran baru.
Sebelum menyusun bahan pembelajaran yang baru, perlu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai kelemahan dan kelebihan bahan pembelajaran yang sudah pernah dikembangkan sebelumnya.
Ketiga langkah tersebut merupakan bagian penting dalam mengembangkan bahan pembelajaran, terdapat dua langkah lainnya, yakni:
1)      Melakukan uji coba bahan pembelajaran
2)      Merevisi bahan pembelajaran untuk penggunaan secara umum

Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar:
a         Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pengajaran,
b        Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya  antara strategi dan hasil pengajaran yang dikehendaki,
c         Menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan dsain pembelajaran.

Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh Dick and Carrey.
a         Mengidentifikasi TujuanUmum Pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu,perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya. Memprtimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan uum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
b        Malakukan Analisi Pembelajaran
Dengan cara analisis pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahuku atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (subordine sklls) yang mangharuskan anak didik belajar manguasainya dan langkah-langkah procedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Untuk menemukan keterampilan-keterampilan bawahan yang bersumber daritujuan pembelajaran, digunakan pendekatan hierarki. Mengapa harus menggunakan pendekatan hierarki, karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya, seperti mengklasifikasi dengan cirri-cirinya, menerapkan dalil atau prinsip untuk memecahkan masalah.
Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Biasanya untuk mata pelajaran tertentu keseluruhan tujuan merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui oleh anak didik, sehingga dengan usaha pembelajaran sedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
c         Mengidentifikasi Tingkah Laku Masukan dan Karakteristik Anak didik
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkapkan dalam kegiatan ini bias berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat,atau kemampuan awal. Untuk mengungkapkan kemampuan awal mereka dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan kurikulum.
d        Merumuskan Tujuan Performansi
Menurut Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa  tujuan performansi terdiri atas:
1)      Tujuan harus menguraikan apa yang dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik;
2)      Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat;
3)      Menyebutkan criteria yang digunakan untuk menilai unjuk kegiatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
e         Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan Patoak
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakn penampilan siswa dalam tujuan, keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telahmencapai tujan khusus yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan. 
f         Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Karena material pembelajaran yang dikembangkan, pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan belajar. Untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik siswa. Dalam tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi. Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi material, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. Komponen strategi pembelajaran terdiri atas: (a) kegiatan prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta siswa, (d) pengeterasi, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
g        Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran
Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)      Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
2)      Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran.
3)      Pengajar tidak memakai bahan, tetapi meyampaikan semua pembelajaran menurut strategipembelajarannya yang telah disusunnya.
Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya adalah sebagian besar waktu tersisa untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik.
h        Mendesain dan Melaksanakan Evaluatif Sumatif
Evaluasi ini adalah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain karena melalui evaluatif formatif akan ditemukan berbagai kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Menurut Dick and Carrey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu (1) Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan utnuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya kesalahan-kesalahan. (2) Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. (3) Fase uji lapangan. Uji coba di lapangan perlu dilaksanakan untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang telah dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil efektif jika digunakan dalam keperluan pembelajaran.
i          Merevisi Bahan Pembelajaran
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang diperoleh dari evaluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan. Untuk keperluan bahan pembelajaran ada 4 macam keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu (1) ciri anak didik dan tingkah laku masukan; (2) Tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan; (3) hasil pembelajaran pascates; (4) Jawaban terhadap kuesioner.
j          Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif perlu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dpat dicapai, efektivitas pelaksanakan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang relative pendek, maka dari segi efisiensi pembelajaran dapat dicapai.  Jika dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan memberlakukan strategi yang baik, aktivitas siswa meningkat, maka dari segi keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai.

Adapun prosedur penyusunan bahan ajar secara umum adalah sebagai berikut yaitu :
a         Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta
b        Merumuskan kompetensi belajar
c         Merumuskan indikator keberhasilan
d        Merumuskan butir-butir bahan secara rinci yang mendukung pencapaian indikator
e         Mengembangkan alat ukur keberhasilan
f         Menulis naksah
g         Melakukan evaluasi dan revisi
Pada dasarnya banyak cara untuk mengembangkan bahan ajar. Dalam hal ini, diperlukan kekreatifan seorang guru. Guru dapat mengembangkan bahan ajar sekreasi mungkin dengan syarat tetap mendasar pada kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuannya dan memerhatikan prosedur penyusunan bahan ajar. Banyak media atau model belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar.
Selain itu, pesatnya perkembangan tekhnologi saat ini juga dapat sangat membantu guru dalam mengembangkan bahan ajarnya. Adapun media sederhana yang mudah didapatkan dan dapat digunakan guru sebagai bahan pembelajarannya, yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sebagai alat peraga atau biasa disebut alat peraga visual atau mengembangkan alat peraga sederhana. Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kompetensi yang diinginkan.



Sumber:
Abdul Majid.2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rangkuman Materi Budaya Alam Minangkabau Kelas IV Sem II

RANGKUMAN MATERI BUDAYA ALAM MINANGKABAU  KELAS IV SEM II Nah teman-kali kali ini kita akan membahasas rangkuman materi BAM kelas IV...