PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
A.
Pengertian
Bahan Ajar
Bahan ajar menurut
Pannen adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Muhaimin dalam modul
Wawasan Pengembangan Bahan Ajar mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Menurut Abdul Majid bahan ajar merupakan informasi,
alat dan teks yang diperlukan guru/ instructor untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/ instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis namupun bahan tidak
tertulis. bahan ajar adalah bentuk bahan yang digunakan utnuk membantu guru/
instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud
bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar
secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mamapu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan Ajar
atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk
disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya
berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma
yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat
tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan
yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan
proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Sebagai
sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran
merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah
buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran.
Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum,
tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan
pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Bahan ajar atau materi
pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-
jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan atau materi
kurikulum dapat bersumber dari berbagai disiplin ilmu baik yang berumpun
ilmu-imu sosial (social science) maupun ilmu-ilmu alam (natural science).
Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cakupan dan keluasan serta kedalaman
materi atau isi dalam setiap bidang studi.
B.
Karakteristik
Bahan Ajar
Suatu
bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat
pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan
antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik.
Berikut ini lima karakteristik bahan ajar yang
dikelompokkan oleh Widodo serta Jasmadi di (dalam Lestari, 2013:2)
a
Self instructional.
Maksud
dari self instructional ini tidak lain adalah seperangkat bahan ajar yang
berbentuk cetak maupun online harus dapat bermanfaat dan digunakan oleh siswa
secara individual. Setiap siswa tentunya memiliki kebutuhan akan buku pelajaran
sebagai penunjang atau media yang dapat memudahkan pelaksanaan pembelajaran itu
berlangsung. Memiliki bahan ajar mandiri dapat meningkatkan kesadaran seseorang
untuk mau mencoba menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa melihat hasil
kerja orang lain. Bahan ajar akan memudahkan siswa yang seringkali mengalami
kesulitan ketika hendak menyelesaikan tugas, bahan ajar juga dapat membantu
siswa menghadapi ujian.
b
Self contained.
Merupakan
suatu bentuk informasi cetak dan tertulis yang sengaja disajikan untuk
dipelajari oleh siswa yang berisikan semua materi atau teori pelajaran, dan
dikelompokkan dalam satu halaman atau satu unit kompetensi dan juga disertai
dengan sub kompetensi. Siswa dapat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang
perlu dipelajari setelah itu siswa dapat mencoba untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang diajukan di setiap babnya dengan tujuan untuk mempertajam
pengetahuan serta penguasaan ilmu yang telah dipelajarinya dari bahaj ajar
tersebut.
- Stand
alone
Dikatakan
bahan ajar jikalau dia bisa bertahan sendiri, yakni tidak membutuhkan bantuan
dari bahan ajar lainnya. Bahan ajar yang baik sudah mencakup segala materi
pelajaran sehingga tidak membutuhkan bahan ajar lain untuk melengkapinya.
- Adaptive.
Bahan
ajar yang baik tidak hanya bisa bertahan sendiri, namun juga bisa mengikuti
perkembangan teknologi. Anda dapat mencari bahan ajar yang baik, bukan hanya
berisi akan sumber ilmu saja, melainkan juga diciptakan dengan cara yang lebih
tinggi kualitasnya.
- User
friendly.
Bahan
ajar yang sempurana seharusnya dapat memudahkan penggunanya ketika hendak
memakainya.
C.
Kriteria
Penyusunan Bahan Ajar
Dalam sebuah
bahan ajar paling tidak harus mempunyai criteria sebagai berikut:
a. Petunjuk
belajar (petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi
yang akan dicapai
c. Informasi
pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
f. Evaluasi
Bahan
pembelajaran yang baik memenuhi syarat substansial dan penyajian sebagai
berikut:
a. Secara
substansial bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sesuai dengan visi dan misi sekolah
Visi merupakan wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah
bagi pencapaian tujuan. Sedangkan misi merupakan gambaran tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini sekolah/madrasah. Visi dan
misi sekolah dalam pencapaiannya diwujudkan melalui proses pembelajaran,
sedangkan proses pembelajaran dibanguna diantaranya karena adanya bahan
pembelajaran. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang disusun harus sesuai
dengan visi, misi, karena bahan pembelajaran itu sendiri merupakan sarana
materi yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya mencapai visi dan misi
sekolah.
2) Sesuai dengan kurikulum
Kurikulum yang dimaksud adalah seperangkat program yang
harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Paling tidak, secara
sempit kurikulum meliputi aspek tujuan/kompetensi, indikator hasil materi,
metoda dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar, dalam
hal ini merupakan pengembangan materi pembelajaran hendaknya senantiasa sesuai
dengan tujuan/kompetensi, materi dan indikator keberhasilan.
3) Menganut azas ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah bahan ajar tersebt disusun dan
disajikan secara sistematis (terurai dengan baik) metodologis (sesuai dengan
kaidah-kaidah penulisan).
4) Sesuai dengan kebutuhan siswa
Bahan ajar merupakan hal yang harus dicerna dan dikuasai
siswa. Dengan demikian bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan siswa.
Oleh karena itu, maka bahan ajar yang disusun hendaknya sesuai dengan kebutuhan
siswa, yaitu sesuai dengan tingkat berpikir, minat, latar sosial budaya dimana
siswa itu berada.
b.
Memenuhi kriteria penyajian, yang meliputi:
1) Memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi
Bahan pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki derajat
keterbacaan yang tinggi, dalam arti bahasa yang disajikan menggunakan struktur
kalimat dan kosa kata yang baik, bentuk kalimat sesuai tata bahasa, dan isi
pesan yang disampaikan melalui huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya
memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2) Penyajian format dan fisik bahan
pembelajaran yang menarik
Format dan fisik bahan pembelajaran juga harus diperhatikan.
Format dan fisik buku ini berkaitan dengan tata letak (layout), penggunaan
model dan ukuran huruf, warna, gambar komposisi, kualitas dan ukuran kertas,
penjilidan, dsb. Format dan fisik bahan ajar sebenarnya merupakan tanggung
jawab penerbit (bila bahan ajar tersebut diterbitkan), tetapi sebaiknya penulis
memiliki gagasan bagaimana format dan fisik bahan ajar yang diinginkan.
D.
Prosedur
Penyusunan Dan Pengembangan Bahan Ajar
Bahan atau
materi yang sering digunakan dalam proses pembelajaran kadang-kadang tidak
melewati proses sistematis dalam pengembangannya. Sering langkah-langkah ilmiah
tidak diperhatikan apalagi jika terdesak dengan batas waktu penyusunan.
Ranjit (2012:2) menyarankan sepuluh tahapan dalam
mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu :
a. Identifikasi
kebutuhan dan masalah
b.
Analisis masalah: terutama terkait
dengan pola resistensi
c.
Analisas masalah: identifikasi faktor
kebutuhan dan motivasi, dan taktik persuasi
d.
Merumuskan dan menetapkan tujuan
e.
Menyeleksi topik
f.
Menyeleksi bentuk (format)
g.
Penyusunan konten: visual script
h.
Editing
i.
Testing (pengujian)
j.
Revisi
Langkah-langkah seperti dijabarkan di atas memang
sangat ideal dalam mengembangkan bahan pembelajaran. Namun, jika bahan
pembelajaran dikembangkan dalam pengertian menyeleksi, memodifikasi, atau
mendesain bahan pembelajaran, langkah-langkah yang dilakukan tidak sebanyak langkah
di atas.
Rothwell dan Kazanas (2004:247) menyarankan untuk
mengikuti enam langkah sebagai berikut:
a
Mempersiapkan garis-garis besar bahan
pembelajaran
b
Melakukan penelitian
c
Menguji bahan pembelajaran yang tersedia
d
Menyusun atau memodifikasi bahan yang tersedia
e
Menyediakan dan membuat bahan
pembelajaran
f
Menyeleksi atau menyediakan aktivitas
pembelajaran.
Semua langkah yang ditawarkan di atas, pada dasarnya
dapat diikuti, dimodifikasi, atau diadaptasi tergantung dari kebutuhan di mana
dan untuk kalangan yang mana bahan pembelajaran tersebut dikembangkan.
Oleh karena itu, langkah-langkah tersebut
dimodifikasi ke dalam tiga langkah sebagai berikut:
a
Memilih tema atau topik yang sesuai.
Memilih
topik harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ketersediaan bahan,
kemudahan daya jangkauan dan penggunaannya. Asal daerah juga dapat mempengaruhi
tema atau topik yang akan ditentukan. Memilih topik harus mempertimbangkan
aspek kemenarikan , kesesuaian topik dengan konten bahan pembelajaran termasuk
sub-topik yang hendak dikaji dan dikembangkan. Selain itu, topik juga harus
singkat, padat, dan menggambarkan isi bahan pembelajaran.
b
Menetapkan kriteria
Kriteria
yang dimaksud di sini merujuk pada standar bahan pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Adapun kriteria bahan pembelajaran yang baik yaitu:
1) Konten
informasi yang dikembangkan dalam bahan pembelajaran dihubungkan dengan
pengalaman peserta didik (diawali dengan analisis kebutuhan).
2) Peserta
didik menyadari tentang pentingnya informasi yang disajikan dalam bahan pembelajaran.
3) Informasi
yang dituangkan dalam bahan pembelajaran tersedia dan mudah diperoleh paling
tidak dalam bahan yang dikembangkan.
4) Bahan
pembelajaran terorganisasi dengan baik sehingga memudahkan bagi peserta didik
untuk mempelajarinya.
5) Gaya
penulisan sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik.
6) Penggunaan
kosakata dan bahasa sesuai dengan umur dan tingkat sekolah dan diterima
dikalangan umum.
7) Kata-kata
sulit dan istilah-istilah teknik dijabarkan dan dijelaskan dalam bahan
pembelajaran yang dikembangkan.
c
Menulis atau menyusun bahan pembelajaran
baru.
Sebelum
menyusun bahan pembelajaran yang baru, perlu mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang berbagai kelemahan dan kelebihan bahan pembelajaran
yang sudah pernah dikembangkan sebelumnya.
Ketiga langkah tersebut merupakan bagian
penting dalam mengembangkan bahan pembelajaran, terdapat dua langkah lainnya,
yakni:
1) Melakukan
uji coba bahan pembelajaran
2) Merevisi
bahan pembelajaran untuk penggunaan secara umum
Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan
suatu mata pelajaran dimaksudkan agar:
a
Pada awal proses pembelajaran anak didik
atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi
pada akhir pengajaran,
b
Adanya pertautan antara tiap komponen
khususnya antara strategi dan hasil pengajaran
yang dikehendaki,
c
Menerapkan langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam melakukan perencanaan dsain pembelajaran.
Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah
yang telah ditetapkan oleh Dick and Carrey.
a
Mengidentifikasi TujuanUmum Pembelajaran
Sebagaimana
kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah
tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu,perancang harus
mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang
akan ditentukannya. Memprtimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan
tujuan uum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi,
karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
b
Malakukan Analisi Pembelajaran
Dengan
cara analisis pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan
bawahan (subordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran dalam
keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku
yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut
proses psikologis muncul lebih dahuku atau secara kronologis terjadi lebih
awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan
langkah-langkah desain berikutnya.
Dick
and Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah
diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan
bawahan (subordine sklls) yang mangharuskan anak didik belajar manguasainya dan
langkah-langkah procedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk
dapat belajar tertentu. Untuk menemukan keterampilan-keterampilan bawahan yang
bersumber daritujuan pembelajaran, digunakan pendekatan hierarki. Mengapa harus
menggunakan pendekatan hierarki, karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan
masalah atau melakukan kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya,
seperti mengklasifikasi dengan cirri-cirinya, menerapkan dalil atau prinsip
untuk memecahkan masalah.
Cara
yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills dengan cara memilih
keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan
pembelajaran. Biasanya untuk mata pelajaran tertentu keseluruhan tujuan
merupakan keterampilan intelektual. Teknik analisis keterampilan bawahannya
menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui
oleh anak didik, sehingga dengan usaha pembelajaran sedikit mungkin untuk
dipelajari atau dikuasai melalui belajar.
c
Mengidentifikasi Tingkah Laku Masukan
dan Karakteristik Anak didik
Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam
mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang
diungkapkan dalam kegiatan ini bias berupa bakat, motivasi belajar, gaya
belajar, kemampuan berpikir, minat,atau kemampuan awal. Untuk mengungkapkan
kemampuan awal mereka dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah
atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan kurikulum.
d
Merumuskan Tujuan Performansi
Menurut
Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa
tujuan performansi terdiri atas:
1) Tujuan
harus menguraikan apa yang dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik;
2) Menyebutkan
tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada
waktu anak didik berbuat;
3) Menyebutkan
criteria yang digunakan untuk menilai unjuk kegiatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
e
Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan
Patoak
Tes
acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah
patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah
patokan dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk
menentukan kelayakn penampilan siswa dalam tujuan, keberhasilan siswa dalam tes
ini menentukan apakah siswa telahmencapai tujan khusus yang telah ditentukan
atau belum, tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
f
Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam
strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat material
pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan
karakteristik siswa. Karena material pembelajaran yang dikembangkan, pada
akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan belajar.
Untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik
siswa. Dalam tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi.
Strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan
material pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi material, dan
merencanakan kegiatan pembelajaran. Komponen strategi pembelajaran terdiri
atas: (a) kegiatan prapembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta
siswa, (d) pengeterasi, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
g
Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran
Dick
and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar
untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1) Pengajar
merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke
dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
2) Pengajar
memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran.
3) Pengajar
tidak memakai bahan, tetapi meyampaikan semua pembelajaran menurut
strategipembelajarannya yang telah disusunnya.
Kebaikan
dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya adalah
sebagian besar waktu tersisa untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit
sekali waktu untuk membantu anak didik.
h
Mendesain dan Melaksanakan Evaluatif
Sumatif
Evaluasi
ini adalah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi
untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain karena
melalui evaluatif formatif akan ditemukan berbagai kekurangan yang terdapat
pada kegiatan pembelajaran, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat
diperbaiki. Menurut Dick and Carrey (1985), ada tiga fase pokok penilaian
formatif, yaitu (1) Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang
bekerja dengan siswa secara perseorangan utnuk memperoleh data guna
menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya
kesalahan-kesalahan. (2) Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang
terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan
populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk
memperoleh data yang diperlukan. (3) Fase uji lapangan. Uji coba di lapangan
perlu dilaksanakan untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang telah
dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil efektif
jika digunakan dalam keperluan pembelajaran.
i
Merevisi Bahan Pembelajaran
Merevisi
bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran
sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran,
sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang diperoleh dari
evaluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan
hasil akhir uji coba lapangan. Untuk keperluan bahan pembelajaran ada 4 macam
keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu (1) ciri
anak didik dan tingkah laku masukan; (2) Tanggapan langsung terhadap
pembelajaran termasuk tes sisipan; (3) hasil pembelajaran pascates; (4) Jawaban
terhadap kuesioner.
j
Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi
Sumatif
Evaluasi
sumatif perlu diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan
sudah dpat dicapai, efektivitas pelaksanakan kegiatan pembelajaran dalam mata
pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Demikian pula jika
keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang relative pendek, maka
dari segi efisiensi pembelajaran dapat dicapai.
Jika dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan memberlakukan
strategi yang baik, aktivitas siswa meningkat, maka dari segi keberhasilan pada
daya tarik pengajaran dapat dicapai.
Adapun
prosedur penyusunan bahan ajar secara umum adalah sebagai berikut yaitu :
a
Analisis kebutuhan dan karakteristik
peserta
b
Merumuskan kompetensi belajar
c
Merumuskan indikator keberhasilan
d
Merumuskan
butir-butir bahan secara rinci yang mendukung pencapaian indikator
e
Mengembangkan alat ukur keberhasilan
f
Menulis naksah
g
Melakukan evaluasi dan revisi
Pada dasarnya banyak cara untuk mengembangkan bahan
ajar. Dalam hal ini, diperlukan kekreatifan seorang guru. Guru dapat
mengembangkan bahan ajar sekreasi mungkin dengan syarat tetap mendasar pada
kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuannya dan memerhatikan prosedur
penyusunan bahan ajar. Banyak media atau model belajar yang dapat digunakan
untuk mengembangkan bahan ajar.
Selain itu, pesatnya perkembangan tekhnologi saat
ini juga dapat sangat membantu guru dalam mengembangkan bahan ajarnya. Adapun
media sederhana yang mudah didapatkan dan dapat digunakan guru sebagai bahan
pembelajarannya, yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sebagai alat peraga
atau biasa disebut alat peraga visual atau mengembangkan alat peraga sederhana.
Bahan
pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kompetensi yang
diinginkan.
Sumber:
Abdul
Majid.2012. Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.